PENDUDUK
- Orang yang tinggal di daerah
tersebut
- Orang yang secara hukum berhak
tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat
resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah
lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah
kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti
pengecer hingga pelanggan potensial.
Berdasarkan estimasi yang
diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, penduduk dunia mencapai 6,5 miliar jiwa pada tanggal 26
Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Dari sekitar 6,5 miliar penduduk dunia, 4 miliar
diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia
berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa).
Sejalan dengan proyeksi populasi,
angka ini terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah.
Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu
tahun terakhir, hidup pada saat ini.
Pada tanggal 19 Oktober 2012 pukul
03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 miliar jiwa. Badan Kependudukan
PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999
sebagai tanggal dimana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun
setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.
Berikut adalah peringkat
negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2005):
- Republik Rakyat Cina (1.306.313.812 jiwa)
- India (1.103.600.000 jiwa)
- Amerika Serikat (298.186.698 jiwa)
- Indonesia (241.973.879 jiwa)
- Brasil (186.112.794 jiwa)
- Pakistan (162.419.946 jiwa)
- Bangladesh (144.319.628 jiwa)
- Rusia (143.420.309 jiwa)
- Nigeria (128.771.988 jiwa)
- Jepang (127.417.244 jiwa
Penduduk Menurut Benua
Benua Nama
|
Kepadatan (jiwa/km 2)
|
Populasi (2011)
|
Negara terpadat
|
Terpadat kota
|
|
Asia
|
86.7
|
4,140,336,501
|
Republik Rakyat
Cina (1341403687)
|
Tokyo (35.676.000)
|
|
Afrika
|
32.7
|
994,527,534
|
Nigeria
(152.217.341)
|
Kairo (19.439.541)
|
|
Eropa
|
70
|
738,523,843
|
Moskow (14.837.510)
|
||
Amerika Utara
|
22.9
|
528,720,588
|
Amerika Serikat
(313.485.438)
|
Mexico City / Metro Area (8.851.080 /
21.163.226)
|
|
Amerika Selatan
|
21.4
|
385,742,554
|
Brasil
(190.732.694)
|
São Paulo (19.672.582)
|
|
Oceania
|
4.25
|
36,102,071
|
Australia
(22.612.355)
|
Sydney (4.575.532)
|
|
0,0003 (bervariasi)
|
4.490
(non-permanen, bervariasi)
|
N / A
|
McMurdo Station (955)
|
DEMOGRAFI GLOBAL
Pada 2012, global rasio jenis kelamin adalah sekitar 1,01 laki-laki untuk 1
perempuan - jumlah yang lebih besar dari laki-laki mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan gender yang signifikan terlihat pada populasi
India dan China. Sekitar 26,3% dari populasi global berusia di bawah 15,
sementara 65,9% berusia 15-64 dan 7,9% yang berusia 65 atau lebih. The global
rata-rata harapan
hidup
adalah 67,07 tahun, dengan perempuan yang hidup rata-rata 69 tahun dan
laki-laki sekitar 65 tahun . 83% dari dunia over-15s dianggap melek . Pada bulan Juni 2012, peneliti Inggris menghitung
berat total populasi manusia bumi saat 287 juta ton, dengan rata-rata orang
dengan berat 62 kilogram (140 lb).
The 2011 nominal produk bruto dunia diperkirakan mencapai US $
70160000000000, memberikan angka per kapita tahunan global sekitar US $ 10.000.
Sekitar 1,29 miliar orang (18,4% dari populasi dunia) hidup dalam kemiskinan ekstrim , hidup dari kurang dari US $ 1,25
per hari, sekitar 925 juta orang (13,2%)
yang kekurangan
gizi
. Pada bulan Desember 2011, ada sekitar 2,26 miliar pengguna internet global,
yang merupakan 32,7% dari penduduk dunia.
The China
Han
adalah kelompok etnis terbesar di dunia tunggal, yang merupakan lebih dari 19%
dari populasi global, sedangkan etnis terbesar kedua tunggal, orang
Bengali
, mencapai sekitar 4,8%. ] yang paling bersuara dunia bahasa pertama adalah Mandarin
Cina
(diucapkan oleh 12,44% dari populasi dunia), Spanyol (4,85%), Inggris (4,83%), Arab (3,25%) dan Hindi-Urdu (2,68%). Agama terbesar di dunia adalah Kristen, yang
pengikutnya account untuk 33,35% dari populasi global, Islam adalah agama
terbesar kedua, akuntansi untuk 22,43%, dan Hindu akuntansi, ketiga
13,78%. Pada tahun 2005, sekitar 16%
dari populasi global dilaporkan menjadi non -agama .
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PENDUDUK
a. angka
kematian
b. imigrasi
c. emigrasi
d. Laju
pertumbuhan populasi
e. kesuburan
f. biotik
atau intrinsik faktor
g. eksponensial
pertumbuhan penduduk
h. logistik
pertumbuhan penduduk
i. kepadatan
tergantung faktor ketahanan lingkungan
j. density
independen faktor ketahanan lingkungan
TINGKAT KEMAATIAN
Tingkat
kematian adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena
penyebab yang spesifik) pada suatu populasi, skala untuk ukuran populasi yang,
per unit waktu. Tingkat kematian biasanya dinyatakan dalam satuan kematian per
1000 individu per tahun, sehingga angka kematian dari 9,5 (dari 1000) dalam
populasi 1.000 berarti 9,5 kematian per tahun di bahwa seluruh populasi, atau
0,95% dari total . Hal ini berbeda dari angka kesakitan
, yang mengacu pada jumlah individu dalam kesehatan yang buruk selama periode
waktu tertentu (dengan tingkat prevalensi
) atau jumlah yang baru muncul kasus penyakit per unit waktu ( tingkat kejadian
). The "Istilah kematian "juga
kadang-kadang tidak tepat digunakan untuk merujuk kepada jumlah kematian di
antara serangkaian kasus rumah sakit untuk didiagnosis penyakit atau luka,
bukan untuk masyarakat umum dari suatu negara atau kelompok etnis. Ini
statistik mortalitas penyakit ini lebih tepat disebut sebagai " angka kasus
kematian "(CFR).
Tingkat
kematian kasar, jumlah kematian per tahun per 1000
orang. Pada Juli 2009 angka kematian kasar untuk seluruh dunia adalah sekitar
8,37 per 1000 per tahun menurut CIA World Factbook saat ini.
• Angka kematian kasar
(crude death rate)
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pertahun cara atau rumus untuk menghitung angka kematian kasar adalah sebagai berikut:
CDR: D/Px1000
CDR: (Crude Death Rate) = Angka kematian kasar
D: (Death) = Jumlah kematian
P: (Population) = Jumlah penduduk
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pertahun cara atau rumus untuk menghitung angka kematian kasar adalah sebagai berikut:
CDR: D/Px1000
CDR: (Crude Death Rate) = Angka kematian kasar
D: (Death) = Jumlah kematian
P: (Population) = Jumlah penduduk
• Angka
kematian khusu (Age spesific death rate)
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pada usia tertentu pertahun cara untuk menghitung angka kematian khusus adalah:
ASDR = Dx/Px/1000
ASDR = Age spesific death rate
(D): (Death) = Jumlah kematian
(P): (Population) = Jumlah penduduk
Faktor-faktor penunjang kematian:
• Adanya bencana alam dan wabah penyakit
• Fasilitas kesehatn yang kurang
• Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
• Makanan kurang bergizi
• Kecelakaan lalu lintas
• Adanya peperangan
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pada usia tertentu pertahun cara untuk menghitung angka kematian khusus adalah:
ASDR = Dx/Px/1000
ASDR = Age spesific death rate
(D): (Death) = Jumlah kematian
(P): (Population) = Jumlah penduduk
Faktor-faktor penunjang kematian:
• Adanya bencana alam dan wabah penyakit
• Fasilitas kesehatn yang kurang
• Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
• Makanan kurang bergizi
• Kecelakaan lalu lintas
• Adanya peperangan
Faktor-faktor penghambat kematian
• Fasilitas kesehatan yang lengkap
• Kemajuan pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
• Larangan agama membunuh orang
• Makanan cukup bergizi
• Lingkungan yang bersih dan teratur
• Fasilitas kesehatan yang lengkap
• Kemajuan pendidikan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
• Larangan agama membunuh orang
• Makanan cukup bergizi
• Lingkungan yang bersih dan teratur
MIGRASI
Migrasi
adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu bioma ke bioma lainnya. Dalam
banyak kasus, organisme bermigrasi untuk mencari sumber-cadangan-makanan yang
baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang mungkin terjadi karena datangnya
musim dingin atau karena overpopulasi.
JENIS-JENIS MIGRASI
Didalam membicarakan perpindahan penduduk akan selalu
terkait dengan tempat/wilayah, waktu maupun yang keluar dan masuk . Dalam
lingkup tempat mulai dari lingkup administrasi terkecil (RT/RW,Desa, hingga
perpindahan antar negara). Juga dari sisi waktu, mulai dari satu hingga waktu
yang cukup lama. Sehubungan dengan hal tersebut, maka migrasi dapat dibedakan
jadi beberapa jenis :
1. Migrasi masuk (in
migration) yaitu masuknya penduduk kesuatu daerah tujuan.
2.
Migrasi keluar (out migration) yaitu perpindahan keluar
dari suatu daerah asal.
3.
Migrasi neto (net
migration) yaitu merupakan selisih antara jumlah migrasi masuk dasn migrasi
keluar.
4.
Migrasi bruto (gross
migration) yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar.
5.
Migrasi total (total
migration) yaitu seluruh kejadian migrasi, mencakup migrasi semasa hidup dan
migrasi pulang.
6.
Migrasi internasional
(international migration) yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lain.
7.
Migrasi semasa hidup
(life time migration) yaitu migrasi berdasarkan tempat kelahiran, adalah mereka
yang pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal didaerah yang berbeda
dengan daerah tempat lahirnya.
8.
Migrasi parsial (partial
migration) yaitu jumlah migran ke suatu daerah tujuan dari satu daerah asal
atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan.
9.
Arus migrasi (migration
stream) yaitu jumlah atau banyaknya perpindahan yang gerjadi ari daerah asal ke
daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
10.
Urbanisasi (urbanization) yaitu bertambahnya
proporsi penduduk yang berdiam didaerah kota yang disebabkan oleh proses
perpindahan penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan kota.
11. Transmigrasi (transmigration) yaitu pemindahan dan
perpindahan penduduk dari suatu daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah
Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan Negara atau karena
alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang.
Proses
Migrasi Di Indonesia dan Segala Permasalahannya
Sejarah migrasi Indonesia
hanya dapat dijelaskan dengan memahami sejarah perkembangan masyarakat secara
ekonomi politik. Hal ini mengingat praktek migrasi yang telah dimulai sejak
ribuan tahun lalu di sebuah negeri kepulauan besar yang disebut Nusantara
(sekarang Indonesia) tidak terlepas dan menjadi bagian dari perkembangan
masyarakat.
Sama pentingnya dengan
upaya untuk memahami dasar-dasar obyektif (nyata) yang menjadi latar belakang
dan motif pokok terjadinya migrasi di samping aspek lain yang sifatnya sekunder.
Seperti misalnya migrasi awal dalam sejarah Indonesia ditandai dengan
kedatangan suku bangsa asing yang membawa dan memperkenalkan sebuah sistem
ekonomi baru yang didasarkan pada hubungan kepemilikan budak. Dan inilah satu
masa yang menjadi titik mula diawalinya praktek penindasan satu klas terhadap
klas yang lain, di mana satu suku bangsa menjadi klas tuan budak, dan kelas
yang lain dipaksa menjadi budak. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan sejarah
Migrasi di Indonesia menjadi 3 (Tiga) macam masa/periode:
1. MasaPra Kolonial
2. Masa Kolonial
3. Masa Paskah
colonial/sekarang
MASA PRA KOLONIAL
Sejarah Indonesia sebelum masuknya kolonialisme asing terutama Eropa, adalah sejarah migrasi yang memiliki karakter atau sifat utama berupa perang dan penaklukan satu suku bangsa atau bangsa terhadap suku bangsa atau bangsa lainnya. Pada periode yang kita kenal sebagai zaman pra sejarah, maka dapat diketemukan bahwa wilayah yang saat ini kita sebut sebagai Indonesia, telah menjadi tujuan migrasi suku bangsa yang berasal dari wilayah lain. 2000 atau 3000 sebelum Masehi, suku bangsa Mohn Kmer dari daratan Tiongkok bermigrasi di Indonesia karena terdesaknya posisi mereka akibat berkecamuknya perang antar suku.
Kedatangan mereka dalam
rangka mendapatkan wilayah baru, dan hal tersebut berarti mereka harus
menaklukan suku bangsa lain yang telah berdiam lebih dulu di Indonesia. Karena
mereka memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi berupa alat kerja dan
perkakas produksi serta perang yang lebih maju, maka upaya penaklukan berjalan
dengan lancar. Selain menguasai wilayah baru, mereka juga menjadikan suku
bangsa yang dikalahkanya sebagai budak. Pada perkembangannya, bangsa-bangsa
lain yang lebih maju peradabannya, datang ke Indonesia, mula-mula sebagai
tempat persinggahan dalam perjalanan dagang mereka, dan kemudian berkembang
menjadi upaya yang lebih terorganisasi untuk penguasaan wilayah, hasil bumi
maupun jalur perdagangan. Seperti misalnya kedatangan suku bangsa Dravida dari
daratan India -yang sedang mengalami puncak kejayaan masa perbudakan di negeri
asalnya- , berhasil mendirikan kekuasaan di beberapa tempat seperti Sumatra dan
Kalimantan.
Mereka memperkenalkan
pengorganisasian kekuasaan dan politik secara lebih terpusat dalam bentuk
berdirinya kerajaan kerajaan Hindu dan Budha. Berdirinya kerajaan-kerajaan
tersebut juga menandai zaman keemasan dari masa kepemilikan budak di Nusantara
yang puncaknya terjadi pada periode kekuasaan kerajaan Majapahit. Seiring
dengan perkembangan perdagangan, maka juga terjadi emigrasi dari para saudagar
dan pedagang dari daratan Arab yang kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan Islam
baru di daerah pesisir pantai untuk melakukan penguasaan atas bandar-bandar
perdagangan. Berdirinya kerajaan Islam telah mendesak kerajaan-kerajaan Hindu dan
Budha ke daerah pedalaman, dan mulai memperkenalkan sistem bercocok tanam atau
pertanian yang lebih maju dari sebelumnya berupa pembangunan irigasi dan
perbaikan teknik pertanian, menandai mulai berkembangnya zaman feudalisme.
Pendatang dari Cina juga banyak berdatangan terutama dengan maksud
mengembangkan perdagangan seperti misalnya ekspedisi kapal dagang Cina di bawah
pimpinan Laksamana Ceng Hong yang mendarat di Semarang. Pada masa ini juga
sudah berlangsung migrasi orang-orang Jawa ke semenanjung Malaya yang singgah
di Malaysia dan Singapura untuk bekerja sementara waktu guna mengumpulkan uang
agar bisa melanjutkan perjalanan ke Mekah dalam rangka ziarah agama. Demikian
juga orang-orang di pulau Sangir Talaud yang bermigrasi ke Mindano (Pilipina
Selatan) karena letaknya yang sangat dekat secara geografis.
Dari catatan sejarah yang
sangat ringkas tersebut, maka kita dapat menemukan beberapa ciri dari gerakan
migrasi awal yang berlangsung di masa-masa tersebut. Pertama, wilayah Nusantara
menjadi tujuan migrasi besar-besaran dari berbagai suku bangsa lain di luar
wilayah nusantara. Sekalipun pada saat itu belum dikenal batas-batas negara,
tetapi sudah terdapat migrasi yang bersifat internasional mengingat suku-suku
bangsa pendatang berasal dari daerah yang sangat jauh letaknya. Kedua, motif
atau alasan terjadinya migrasi pertama-tama adalah ekonomi (pencarian wilayah
baru untuk tinggal dan hidup, penguasaan sumber-sumber ekonomi dan jalur
perdagangan) dan realisasi hal tersebut menuntut adanya kekuasaan politik dan
penyebaran kebudayaan pendukung. Ketiga, proses migrasi tersebut ditandai
dengan berlangsungnya perang dan penaklukan, cara-cara yang paling vulgar dalam
sejarah umat manusia. Keempat, migrasi juga telah mendorong perkembangan sistem
yang lebih maju dari masa sebelumnya seperti pengenalan organisasi kekuasaan
yang menjadi cikal bakal negara (state) dan juga sistem pertanian.
MASA KOLONIAL
Kedatangan kolonialisme asing khususnya Belanda telah membawa beberapa perubahan dalam sendi feodalisme, namun tidak menghancurkannya secara keseluruhan, tetapi justru menjadikannya basis atau dasar susunan ekonomi kolonial. Kolonialisme bekerjasama dengan kekuatan feodal lokal menjalankan penindasan yang paling keji dan vulgar terhadap rakyat Indonesia, dan pada masa tersebut kebijakan dan praktek migrasi benar-benar sepenuhnya melayani kepentingan ekonomi politik penguasa kolonial. Pada masa itu, orang Jawa menjadi sasaran utama dari kebijakan migrasi kolonialisme Belanda. Setelah berakhirnya perang Jawa (1825-1830), pemerintah kolonial Belanda berkepentingan untuk membuka sumber-sumber ekonomi di luar Jawa, termasuk dalam rangka mengembangkan kekuasaannya secara lebih besar di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan untuk mengantisipasi persaingan dengan negara-negara kolonial lainnya.
Atas dasar itulah, maka
orang Jawa banyak dikirim ke luar Jawa untuk diperkerjakan di tempat-tempat
yang kaya dengan sumber alam. Pada kurun waktu yang hampir sama, orang Jawa dan
Sumatra juga semakin banyak yang migrasi ke Semenanjung Malaya (sekarang
Malaysia dan Singapura) mengingat kolonialisme Inggris yang berkuasa memang
sengaja membuka selebar-lebarnya arus migrasi dari Sumatra dan Jawa,
pertama-tama untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja sebagai akibat
masih sedkitnya populasi manusia di kedua negara tersebut.
Bahkan pada akhir abad ke
19, dengan dibukanya perkebunan-perkebunan baru di Sumatra Timur, pemerintah
kolonial Belanda mengirim ribuan orang Jawa ke Sumatra untuk diperkerjakan
sebagai buruh di perkebunan seperti perkebunan tembakau maupun juga pabrik
gula. Ekspor orang Jawa ternyata tidak hanya ke Sumatra Timur tetapi juga ke
Suriname, Kaledonia Baru dan juga Vietnam. Pemerintah kolonial Belanda menutupi
praktek ekspor manusia ini dengan bungkus program Politik Etis atau Balas Budi
yang mereka sebarluaskan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Perluasan perkebunan yang sangat cepat, dan berdirinya pabrik pengolahan hasil
perkebunan, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja. Jumlah buruh
perkebunan dari Jawa ternyata belum mencukupi sehingga pemerintah kolonial
Belanda pada saat yang bersamaan juga mendatangkan tenaga kerja dari Cina.
Kehidupan buruh perkebunan sangatlah berat dan menderita disebabkan oleh
rendahnya upah dan buruknya kondisi kerja. Bahkan seringkali mereka tidak
dibayar karena uang gaji mereka dirampas oleh para mandor, dan kekurangan bahan
makanan dan pakaian menjadi pemandangan umum yang dapat dilihat di perkebunan-perkebunan
masa itu. Para buruh yang tidak tahan atas beratnya penderitaan banyak yang
melarikan diri, namun kemudian mereka akan mendapatkan siksaan yang berat
ketika berhasil ditemukan atau ditangkap. Hal ini menjadi legal karena
pemerintah kolonial Belanda menerbitkan Koelie Ordonantie yang memberikan hak
secara legal kepada para pemilik perkebunan untuk memberikan hukuman kepada
para buruhnya yang membangkang atau melawan.
Perempuan Jawa dan Cina
pada waktu itu juga banyak yang diperdagangkan, dipaksa menjadi pelacur di
wilayah perkebunan dan ada yang menjadi wanita simpanan para mandor dan pegawai
perkebunan yang berkebangsaan Belanda. Pemerintah kolonial juga menggunakan
migrasi sebagai jalan keluar untuk menyalurkan keresahan sosial sebagai akibat dari
penghisapan ekonomi dan tekanan penduduk di banyak daerah pedesaan di Jawa
dengan cara memindahkan mereka ke pulau-pulau luar Jawa. Catatan penting pada
masa kolonial bahwa migrasi yang berlangsung pada waktu itu sepenuhnya
didominasi oleh kebijakan kolonial yang diabdikan untuk kepentingan negeri
kolonial Terutama dalam hal pengerahan atau mobilisasi tenaga kerja murah ke
tempat-tempat di mana sumber keuntungan kolonial berada, dan pada saat yang
bersamaan telah membawa jutaan manusia dari berbagai asal usul etnis dan bangsa
ke dalam situasi penderitaan yangsangat berat.
MASA PASCA KOLONIAL
Sekalipun Indonesia telah menjadi sebuah negeri merdeka dan berdiri sendiri semenjak
17 Agustus 1945, namun
keadaan ekonomi, politik dan kebudayaan tidak mengalami perubahan secara
mendasar. Pada kenyataannya, ekonomi Indonesia masih tetap di bawah dominasi
ekonomi kolonial sekalipun tidak secara langsung. Imperialisme (kapitalisme
monopoli asing) khususnya Amerika Serikat masih menjadi pihak yang mendominasi
Indonesia dalam berbagai aspek khususnya ekonomi. Pada masa Soeharto, Indonesia
menjadi sasaran empuk imperialisme asing (AS, Inggris, Jepang) sehingga
posisinya tidak lebih sebagai penyedia bahan mentah karena kekayaan alamnya,
sumber buruh murah sekaligus pasar yang menggiurkan mengingat penduduknya yang
melimpah.
Dampaknya, ekonomi
Indonesia tidak berkembang ke arah yang lebih maju dan tidak memiliki
dasar-dasar untuk memberikan jaminan bagi kesejahteraan rakyatnya. Karena
pembangunan Indonesia sangat tergantung pada modal asing baik berupa bantuan
maupun hutang, dan pada saat yang bersamaan sumber kekayaan alam dikuasai
perusahaan asing, maka tidak pernah ada upaya untuk membangun industri nasional
yang kuat. Negara-negara industri maju tidak pernah mengijinkan tumbuhnya
industri yang kuat di Indonesia. Hal itu akan membuat mereka memiliki pesaing
dari dalam negeri dan barang-barang produksi mereka tidak akan laku karena
Indonesia bisa memproduksi sendiri. Akibatnya kemudian adalah sedikitnya jumlah
pabrik yang didirikan dan ini membuat ketidaksanggupan sektor industri membuka
lapangan pekerjaan dan menyerap angkatan kerja yang sangat melimpah. Inilah
yang membuat mengapa tingkat pengangguran di Indonesia selalu berada di angka
yang sangat tinggi.
Demikian pula pembangunan
pabrik-pabrik hanya terpusat di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Medan dan Makasar sehingga mengakibatkan munculnya pola
migrasi pertama yang sering dikenal dengan urbanisasi. Laju urbanisasi bertambah
parah ketika pengangguran di pedesaan menggelembung dan menjadi tidak
terkendali. Namun karena meningkatnya laju urbanisasi tidak disertai dengan
kemampuan kota menyerap tenaga kerja maka pengangguran semakin tidak
terpecahkan.
Sementara pengusaha-pengusaha
besar dalam negeri maupun juga asing semakin aktif dan agresif untuk membuka
usaha ekonomi di luar Jawa yang kaya dengan sumber alam dan memiliki jutaan
hektar tanah yang masih belum produktif. Maka banyak perusahaan besar tersebut
dengan bantuan negara membuka perkebunan-perkebunan besar di luar Jawa terutama
untuk ditanami tanaman komoditi ekspor seperti Sawit, Karet, Kakao dan
sebagainya. Perkembangan tersebut seperti juga yang terjadi di masa kolonial,
telah meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja. Hal inilah yang telah mendorong
pemerintah atas persekongkolan dengan para pengusaha, meluncurkan program
transmigrasi dengan alasan kepadatan penduduk, tetapi sebenarnya adalah upaya
memobilisasi tenaga kerja murah dari Jawa untuk membuka hutan di luar jawa agar
dapat digunakan sebagai perkebunan oleh para pengusaha. Dan kemudian dibungkus
dan ditutup-tutupi dengan skema atau pola kemitraan antara pengusaha dan petani
seperti pola Inti dan Plasma.
Keterbelakangan ekonomi
juga terjadi di pedesaan yang merupakan tempat di mana mayoritas rakyat
Indonesia berada. Pengangguran juga meluas di pedesaan sebagai akibat sempitnya
lapangan pekerjaan. Di desa yang menumpukkan ekonominya pada pertanian,
mayoritas kaum tani adalah kaum tani yang tidak bertanah. Kalaupun ada yang
memiliki tanah, maka dalam jumlah yang sangat terbatas sehingga hasilnya tidak
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Keadaan ini terjadi karena tanah-tanah
yang ada di desa rata-rata dikuasai oleh tuan tanah besar, tani kaya dan orang
kaya desa lainnya. Sehingga sedikit sekali kaum tani yang dapat memanfaatkan
tanah bagi kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan kenapa kemiskinan begitu
luas di pedesaan. Program land reform yang sangat penting bagi kaum tani sampai
sekarang belum pernah dijalankan. Kemiskinan di pedesaan inilah yang menjadi
salah satu sebab utama mengapa banyak penduduk desa terutama yang berusia muda
melakukan migrasi baik ke kota-kota besar bahkan migrasi internasional ke
negeri-negeri lain sebagai buruh migran.
Pada masa pemerintahan
Soeharto, laju migrasi internasional meningkat pesat. Artinya, semakin banyak
orang terutama perempuan dan berasal dari keluarga tani miskin di desa yang
menjadi buruh migran di negeri lain seperti Malaysia, Arab Saudi, Kuwait,
Singapura, Taiwan, Hongkong, Jepang, Korea dan sebagainya. Pada prakteknya,
para buruh migran mengalami penderitaan dan penindasan semenjak direkrut oleh
calo, penyalur atau agen, saat berada di penampungan, selama bekerja di luar
negeri dan sesampainya kembali di Indonesia. Masih berlakunya ekonomi kolonial
di Indonesia telah membuat angkatan kerja yang ada memiliki tingkat pendidikan
dan kecakapan yang sangat rendah. Dengan keadaan seperti itu, maka bisa
dipastikan bahwa sebagian besar buruh migran Indonesia hanya mengisi jenis
pekerjaan dengan tingkat ketrampilan rendah dan upah yang sangat murah seperti
misalnya pembantu rumah tangga.
Pemerintah yang telah
menjadi frustasi karena tidak mampu memecahkan masalah pengangguran lantas
menjadikan ekspor manusia sebagai andalan. Pemerintah beranggapan bahwa buruh
migran menjadi salah satu pemecahan masalah penyediaan lapangan pekerjaan dan
pada saat yang sama peningkatan pendapatan negara.
Sesungguhnya mengapa
pemerintah sangat bersemangat menggalakkan ekspor buruh migran, salah satunya
karena merupakan ladang emas bagi para aparaturnya yang korup. Sebagai akibat
berlakunya ekonomi kolonial, maka terjadi perkembangan ekonomi yang tidak
merata : antara desa dengan kota, antar daerah dalam satu propinsi, antar
propinsi, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa.
Unsur-unsur
Dinamika Penduduk
Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang disebut piramida
penduduk.
a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk
a. Bentuk-bentuk Piramida Penduduk
Bentuk piramida penduduk dibadakan
menjadi tiga macam yaitu :
|
|||||||
Negara-negara berkembang pada
umumnya memiliki piramida penduduk berbentuk limas, sedangkan negara-negara
maju umumnya berbentuk granat atau batu nisan.
|
Ciri-ciri struktur penduduk pada
tiap bentuk piramida :
1.
|
Piramida Penduduk Expansif
memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit c. Tingkat kelahiran bayi tinggi d. Pertumbuhan penduduk tinggi |
2.
|
Piramida Penduduk Stasioner
memiliki ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama b. Tingkat kelahiran rendah c. Tingkat kematian rendah d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat |
3.
|
Piramida Penduduk Constructive
memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang |
b. Kondisi Penduduk Indonesia
Piramida Penduduk Indonesia Tahun
2000
Kondisi penduduk Indonesia tahun
2000 berdasarkan piramida penduduk di atas menunjukkan beberapa hal berikut ini
:
- Pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, jika
dibandingkan dengan tahun 1990
- Angka ketergantungan masih sedang yaitu lebih kurang
53, sehingga tingkat kesejahteraan masih rendah
- Angka kelahiran masih terus meningkat
- Rasio jenis kelamin 98, dimana penduduk perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki.
RASIO KETERGANTUNGAN
Konsep
Penduduk muda berusia
dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena
secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak
produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah
penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat
digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia
kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini
memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Definisi
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
- Rasio
Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun
dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
- Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke
atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Cara Menghitung
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rumus
Tergantung 01
|
Tergantung 02
|
Tergantung 03
|
Dimana
RKTotal = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia
Muda dan Tua
RKMuda = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia
Muda
RKTua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14
tahun)
P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun
keatas)
P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64
tahun)
Contoh
Untuk memudahkan pemahaman
tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency
Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan
menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung
jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14
tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua
(65 tahun ke atas).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda,
Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000
Kel. Umur
|
Jumlah Penduduk
|
0-14
|
63 206 000
|
15-64
|
13 3057 000
|
65+
|
9 580 000
|
Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun),
umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh.
Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang
disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan
Total Tahun 2000
Keterangan
|
Rasio Ketergantungan
|
RKTot
|
54,7
|
RKMuda
|
47,0
|
RKTua
|
7,2
|
Interpretasi
Dari contoh perhitungan di atas,
rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang
yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang
yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7
persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0
persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari
indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia
masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak
dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang
dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio
ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan
kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama
karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana
selama 30 tahun terakhir.
Pertumbuhan
dan perkembangan kebudayaan di Indonesia
Pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan di Indonesia kebudayaan sudah sangat berkembang.
Dahulu kala banyaknya pelancong-pelancong yang menyebabkan banyaknya kebudayaan
di Indonesia. Tetapi kita harus kritis dan selektif dalam memilih kebudayaan
yang datang itu. Karena jangan sampai kita menggeserkan kebudayaan lama yang
sudah menjadi tradisi di negeri kita ini.
Teori Masuknya
Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia
Masuknya
kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai
pendapat para ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk
memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Teori tentang
masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang
India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori
Brahmana. Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam
menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik).
1. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2.
Teori Ksatria
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a.
C.C. Berg menjelaskan bahwa
golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para
ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan
di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak
membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang
bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang
dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang
dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan
tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya
berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b.
Mookerji mengatakan bahwa
golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke
Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang
menjadi sebuah kerajaan.
c.
J.L. Moens menjelaskan bahwa
proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada
kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar
abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri
ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya
mendirikan kerajaan di Indonesia.
3. Teori Brahmana
sumber gambar: http://dedicatedkaurs.blogspot.com/
|
Teori ini
dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan
Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan
agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan
pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan
Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam
kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan
menguasai penggunaan bahasa tersebut.
Teori ini
mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh
dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda
(kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya
dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
4.
Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
Budaya Islam
Islam budaya adalah istilah yang terutama
digunakan dalam sekuler akademisi untuk menggambarkan
praktek-praktek budaya yang umum untuk sejarah Islam masyarakat. Sebagai agama Islam berasal dari abad ke-7 Arab , bentuk awal Islam budaya yang didominasi Arab . Dengan ekspansi yang cepat dari kerajaan Islam , budaya Islam
telah mempengaruhi dan berasimilasi banyak dari penggunaan
Terminologial
Budaya
Islam sendiri merupakan istilah yang kontroversial. Muslim hidup di berbagai
negara dan masyarakat, dan dapat menjadi sulit untuk mengisolasi poin dari
kesatuan budaya di kalangan umat Islam, selain kepatuhan mereka terhadap agama
Islam.. Antropolog dan sejarawan tetap
mempelajari Islam sebagai aspek, dan pengaruh pada, budaya di daerah di mana
agama dominan.
Sejarawan
mencatat Islam, Marshall Hodgson , mencatat kesulitan atas penggunaan
akademis Agama Melawan Sekuler dari kata-kata "Islam" dan
"Muslim" dalam tiga volume karyanya, The Venture Of Islam. Ia mengusulkan untuk mengatasinya dengan hanya
menggunakan istilah-istilah untuk fenomena murni agama, dan menemukan
"Islamicate" istilah untuk menunjukkan semua aspek budaya masyarakat
historis Muslim.
Budaya Barat
Budaya
Barat (kadang-kadang disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban
Eropa), mengacu pada budaya yang berasal Eropa.Istilah "budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi. Secara spesifik, istilah budaya Barat dapat ditujukan terhadap:
·
Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat, sastra, dan tema hukum dan tradisi, dampak sosial budaya dari periode migrasi dan warisan
budaya Keltik, Jermanik, Romanik, Slavik, dan kelompok etnis lainnya, serta dalam hal tradisi rasionalisme dalam berbagai bidang kehidupan yang dikembangkan oleh filosofi Helenistik, skolastisisme, humanisme, revolusi ilmiah dan pencerahan, dan termasuk pula pemikiran politik, argumen rasional umum yang mendukung kebebasan berpikir, hak asasi manusia, kesetaraan dan nilai-nilai demokrasi yang menentang irasionalitas dan teokrasi.
·
Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran
rohani, adat dan dalam tradisi etika atau moral, selama masa Pasca Klasik.
·
Pengaruh budaya Eropa Barat dalam hal seni, musik,
cerita rakyat, etika dan tradisi lisan, dengan tema-tema yang dikembangkan
lebih lanjut selama masa Romantisisme.
Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat. Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan Australasia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.
Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat moderen, antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari globalisasi dan migrasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http ://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://answers.yahoo.com/question/index%3Fqid%3D1005121100193angka
kelahiran
http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Geografi/Dinamika.Penduduk.Unsur2nya/materi2b.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar